Potensi Wisata Pemandian Sumber Ringin di Tumpang

Jika melewati Desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang, tak ada salahnya jika mampir ke tempat wisata ini. Mencari
lokasinya memang tidak mudah, karena tak ada papan petunjuk besar di jalan raya
yang menjadi penunjuk arahnya. Hanya sebuah papan nama usang yang tertempel di
tembok rumah warga saja yang jadi penunjuknya. Dari jalan raya, dibutuhkan
waktu kurang lebih 10 menit saja untuk mencapai lokasi pemandian ini. Jika
ingin lebih menikmati pemandangan alam di sepanjang jalannya, pengunjung bisa
menyewa delman yang banyak melewati jalan ini. Karena di kanan kiri ada banyak
tanaman kebun yang menghijau. Ada kol, tomat, cabe dan hamparan padi.
Sayangnya akses jalan menuju lokasi pemandian belum
diaspal. Sehingga pengendara harus hati-hati melewati jalan bebatuan. Letak
pemandian berada di bawah tebing. Dari tempat parkir tak terlihat wajah
pemandiannya. Karena rimbun dengan pepohonan dan juga cukup menjorok ke dalam.
Setelah melewati pos penjualan tiket, pengunjung harus meniti tangga menurun
untuk mencapai lokasi pemandian. Sebuah beringin yang amat besar menyambut pengunjung
yang datang. Beringin ini luar biasa besarnya. Diameternya 5 meter dan
tingginya sekitar 20 meter. Dari bawah kaki beringin inilah sumber air
mengalir. Karena itupula pemandian ini dinamakan Sumberringin.
“Sumber itu artinya mata air dan ringin adalah pohon
beringin yang berada di dekat sumber ini,” ungkap Kepala Desa Wringinsongo,
Ainur Rofiq kepada Malang Post.
Di tanah seluas kurang lebih 500m2 itu hanya ada kolam
renang dan ruang ganti. Selebihnya hanya ada kursi tunggu, rimbunan tanaman,
dan juga deretan warung yang kemarin nampak kosong. Kolam renangnya berukuran
20×15. Dengan kedalaman hampir dua meter. Kolam renang ini sebenarnya memiliki
air yang jernih. Karena air itu berasal dari sumber yang terus menerus
mengeluarkan air. Tapi karena dasar kolam nampak kotor dan tidak dikeramik,
sehingga air nya nampak kotor.
“Airnya terus mengalir, jadi tidak perlu dikuras.
Karena selalu dalam keadaan bersih,” ujarnya. Pemandian ini bisa dikunjungi
setiap hari. Karena selalu ada petugas yang siaga di sana. Hanya saja biasanya
selalu ramai pada Sabtu dan Minggu. Masih banyak keluarga yang suka
menghabiskan waktu liburannya berenang di sana. Walau jumlahnya tak banyak.
Rata-rata di hari Sabtu dan Minggu penghasilan dari pemandian yang dikelola
warga desa ini mencapai Rp 500.000 hingga Rp 750.000. Untuk yang ingin menyewa,
harganya Rp 200.000. Biasanya beberapa sekolah di wilayah kecamatan Tumpang
menyewa untuk kegiatan siswa. Misalnya saat ujian praktik olahraga atau
kegiatan ekstra kurikuler.
Di lereng yang lebih turun lagi, pengelola wisata ini
menjadikannya lokasi kuliner. Ada beberapa warung berderet panjang di sana.
Hanya saja kemarin nampak kosong tak ada penjual karena mereka hanya berjualan
di hari Sabtu dan Minggu. Di samping deretan warung itu, ada panggung besar
yang nampak sebagai panggung pertunjukan. Di situ biasanya didatangkan hiburan
orkestra dan lainnya. Biasanya di hari-hari besar seperti lebaran selalu ada
acara yang ditampilkan di sana.
Menunggu Investor
TAMAN wisata Sumberringin yang memiliki sejuta pesona
ini sebenarnya masih bisa dieksplorasi lebih cantik lagi. Sayangnya pengelola
mengaku tak ada dana untuk mempercantiknya. Sebab, pemasukan dari hasil
penjualan tiket saja hanya cukup untuk membayar biaya perawatan. Selebihnya
tidak ada karena penjualan tiket minim.
“Sebenarnya kami ingin mempercantik lokasi ini, tapi
karena belum ada dana jadi kita biarkan saja,” ucap Ainur Rofiq. Menurutnya
taman wisata ini pernah dilirik Pabrik Rokok Bentoel. Namun saat itu warga
belum mau melepaskan aset mereka itu kepada pihak lain. Ada kekhawatiran dari
warga jika dikelola investor, maka hak warga terhadap tempat wisata ini
berkurang. Karena selama ini warga desa Wringinsongo ini bebas keluar masuk
tempat pemandian gratis. Jika dikelola orang lain dikhawatirkan mereka harus
membayar saat ingin masuk ke taman wisata itu.
Dengan potensi lahan yang luas, ia berharap ada
fasilitas tambahan di sana selain kolam renang. Misalnya saja arena bermain
anak, outbond, dan lainnya. Bahkan jika mungkin ditambahkan satu kolam renang
lagi yang lebih bagus.
“Kami menunggu ada investor yang mau mendandani lokasi
wisata ini menjadi lebih cantik lagi,” ujarnya.
Saat ini, sumber air ini juga mulai dimanfaatkan pemkab Malang untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Ada satu proyek yang dipasang di sana dan diharapkan bisa menjadi energi pengganti listrik untuk disalurkan kepada warga sekitar. Selain itu aliran air ini juga ada yang diusung ke rumah warga untuk keperluan air bersih sehari-hari.
Saat ini, sumber air ini juga mulai dimanfaatkan pemkab Malang untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Ada satu proyek yang dipasang di sana dan diharapkan bisa menjadi energi pengganti listrik untuk disalurkan kepada warga sekitar. Selain itu aliran air ini juga ada yang diusung ke rumah warga untuk keperluan air bersih sehari-hari.
“Sumber air ini tak pernah kering walau musim kemarau
panjang sekalipun,” ucapnya. Jika fasilitas wisata ditambah, ia yakin taman
pemandian ini bisa menyedot banyak wisatawan untuk datang. Karena itu ia
mengaku terbuka dengan siapa saja yang punya niat baik untuk pengembangan
tempat wisata ini.
Diakuinya pemerintah kabupaten Malang belum memberikan
perhatian kepada taman wisata ini. Karena itu pula, tak ada kontribusi yang
diberikan kepada pemerintah berupa pajak misalnya. Padahal diharapkan Pemkab
pun mau peduli dan melihat kondisi taman wisata ini.
Tradisi Mandi Suci
ADA tradisi menarik yang biasa dilakukan warga di
pemandian Sumberringin ini. Salah satunya adalah tradisi mandi suci saat
perayaan hari raya Syawal. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Saat
hari raya Syawal tiba, biasanya warga tua dan muda berbondong-bondong untuk
mandi dan bersuci di sana. Setelah sebelumnya semalam suntuk mereka memasak
ketupat dan lontong untuk merayakan Syawal.
Tradisi ini dipercaya bisa membuat orang awet muda.
Mata air yang mengalir di bawah pohon ringin ini bahkan dipercaya bisa
menyembuhkan segala macam penyakit. Karena itu tidak sedikit warga dari
berbagai daerah yang datang untuk mengambil air yang dianggap suci itu.
Dikisahkan Ainur Rofiq, sumber air ini dibangun pada
tahun 1830 silam. Dibuka oleh seorang pendatang dari Jawa Tengah bernama Ki Abu
Nawas. Ki Abu Nawas lah yang membuka desa yang dikenal dengan nama “Bunder”
itu.
“Zaman dulu biasanya untuk membuka desa harus
mendekati sumber air. Dan dari situlah awal terbentuknya desa ini,” ucapnya.
Ki Abu Nawas di makamkan di atas lereng lokasi
pemandian ini. Sampai sekarang banyak yang sering datang berziarah ke sana.
Tapi tak seramai Gunung Kawi yang banyak didatangi orang. Tempat pemandian ini
dulunya juga sering didatangi Belanda untuk mandi. Kemudian penduduk desa pun
berfikiran untuk mengelola taman wisata itu dengan baik. Dilakukanlah renovasi
di sana. Sayangnya tak banyak yang bisa dilakukan warga karena terbatasnya
dana.
Sumber : http://malangraya.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar